Putuskan Hubungan dengan Mereka Sekalipun Kamu akan Memamah Urat Kayu

Semua syarat-syarat bagi keta’atan yang harus diberikan kepadanya telah gugur, digugurkannya dengan cara perkosa. Maka terbebaslah kita dari wajib ta’at kepada Penguasa yang fasid itu. Yang tinggal adalah wajib sanggah. Wajib sanggah, wajib melawan terhadap penguasa yang menjadi sumber kemungkaran dan fasad, yang menjerumuskan Ummat kepada Jahannam.

Kutbah Idul Fitri 1 Syawal 1377 H bertepatan 20 April 1958 M disampaikan oleh Mohammad Natsir. Dikutip dari buku Capita Selecta 3.

—————————————————————————————–

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Saudara-Saudara Kaum Muslimin dan Muslimat,

Semenjak magrib tadi malam kita bersama ratusan juta ummat Muhammad SAW di seluruh ufuk dunia ini mengumandangkan takbir dan tahmid membesarkan Tuhan memuji Ilahi.

Allahu Akbar Walillahil Hamd.

“Maha Besar Allah.”

“Dan terhadapannyalah kita tujukan segenap syukur.”

Mudah-mudahan ibadah puasa kita yang sudah kita tunaikan dalam Ramadhan yang baru silam itu diterima oleh Allah SWT. Sebagai amal yang saleh dan meninggalkan tafsir atas diri kita berupa kekuatan watak pribadi dan keteguhan iman yang kokoh, Amien!

Allahu Akbar,

Maha Besarlah Allah, yang telah memungkinkan kita dini hari datang berduyun-duyun dalam suasana zikir dan tahmid berkumpul bershalat jama’ah ke tanah lapang ini yang berlantaikan tanah yang hijau, beratapkan awan putih, bersih ibarat kain kapas yang diselimutkan ibu melindungi anak-anaknya dari gangguan nyamuk dari luar.

Walillahil Hamd

Kumandangkan, wahai saudara-saudaraku Kaum Muslimin dan Muslimat, kumandangkan teriakan jiwa yang bersyukur atas segala kenikmatan hidup juga telah dapat kita kecap selama ini.

Walillahil Hamd

Kepada Allah jua kita bersyukur atas semua itu. Kumandangkan, wahai saudara-saudaraku ummat Muhammad, teriakan jiwa yang membesarkan keridhaan Allah lebih dari segala-galanya, lebih dari segala ujian yang kita telah dan sedang tempuh dalam hidup duniawi yang fana ini. Lebih besarlah keridhaan Ilahi dari semua itu bagi kita semua.

Allahu Akbar

Kumandangkan dini hari, wahai ummat Islam, tahmid dan takbirnya jiwa yang muthamainnah, tetap dan teguh menghadapi suka dan duka, sakit atau senang silih berganti semuanya itu yang menjadikan hidup kita lebih berarti dan bernilai tinggi.

Allahu Akbar Walillahil Hamd

Maha Besar Allah

Dan terhadapnyalah tertuju semua syukur dan puji.

Saudara-saudara Muslimin dan Muslimat,

Ingatlah kita semua kepada pesan junjungan Muhammad SAW tatkala Huzhaifah Ibnul Jaman bertanya tentang “sjarr”, tentang kejahatan.

Bertanya Huzhaifah:

“Ya Rasulullah, Sesungguhnya kami dahulu berada dalam jahiliyah, dalam kejahatan. Maka Allah mendatangkan kepada kami kebaikan (yakni agama Islam) ini. Maka apakah sesudah kebaikan maka ada pula kejahatan”?

Menjawab Rasulullah. “Memang sesudah kebaikan itu akan datang kejahatan.”

Lalu bertanya Huzaifah “Apakah sesudah kejahatan itu akan datang pula kebaikan?”

Menjawab Rasulullah: “Memang akan ada pula kebaikan sesudah kejahatan dan itu garis pemisah untuk membedakan yang satu dengan yang lain.”

Maka bertanya Huzhaifah: “Dan apa garis pemisah itu?”

Dijelaskan oleh Rasulullah: “Yakni, akan ada satu golongan yang berbuat tidak menurut sunnahku dan memberikan petunjuk bukan menurut petunjukku. Yang demikian itu engkau ketahui dan engkau ingkari.”

Bertanya pula Huzhaifah: “Apakah sesudah kebaikan itu ada pula kejahatan?”

Menjawab Rasulullah: “Memang ada yakni tukang panggil kepada pintu neraka jahannam. Barang siapa yang menurutkan mereka, dihancurluluhkannyalah dia ke dalamnya.”

Meminta Huzhaifah: “Terangkan kepada kami apa sifatnya golongan yang demikian itu?”

Maka bersabda Rasulullah SAW “Satu golongan yang warma kulitnya serupa dengan warna kulit kita sendiri. Dan mereka berbicara dengan bahasa kita sendiri.”

“Maka bagaimanakah, bila kami berjumpa dengan golongan yang seperti itu?”, tanya Huzhaifah.

Rasulullah SAW menegaskan: “Wajib atasmu menyusun jama’ah barisan Ummat Islam dan menegakkan Imam yakni pimpinan mereka.”

Bertanya Huzhaifah pada akhirnya:

“Dan andaikata tidak ada barisan jama’ah Ummat Islam dan tidak pula ada pusat pimpinannya?”

Maka dengan tegas Rasulullah SAW berkata:

“Maka putuskan sama sekali hubungan dari mereka semuanya walaupun lantaran itu kamu terpaksa memamah urat-urat kayu, sampai engkau mencapai maut. Dan engkau tetap berteguh dalam keadaan demikian.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Saudara-saudara Ummat Muhammad di manapun saudara berada,

Marilah kita renungkan inti sari dari percakapan soal jawab antara Rasulullah SAW dengan Huzhaifah Ibnul Jaman yang kita sama-sama dengar tadi itu.

Sudah kita memperoleh kurnia Ilahi berupa kebaikan berupa kemerdekaan dan kebebasan dari kezaliman penjajahan asing yang berabad-abad.

Telah kita mulai mengusahakan satu susunan kemasyarakatan dan kenegaraan yang berdasarkan keimanan Allah Yang Maha Esa. Kita bina hidup bernegara kita ini atas dasar musyawarah sebagaimana yang dikehendaki oleh agama dan qanun negara kita untuk menegakkan keadilan dan perikemanusiaan bebas dari tindakan dan kezaliman, lahir dan batin. Kita mulai usahakan membina kehidupan ummat yang seimbang kesejahteraan lahir dan batinnya kita menuju dari pangkalan tempat bertolak itu kepada “baldatun thaijibatun wa rabbun ghafur” kepada negara dan bangsa yang makmur lahir, sejahtera batinnya diliputi oleh keampunan Ilahi.

Inilah “akhir”. Inilah nikmat kebaikan yang telah kita peroleh sebagai hasil jihad kita menghalau penjajahan asing.

Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Sekarang saudara-saudaraku Muslimin sebangsa dan setanah air dan sesama ummat berTuhan sekarang kita sedang menghadapi ujian berat. Timbul satu golongan manusia yang berniat menghancurkan semua nilai-nilai sebagai sendi-sendi kehidupan yang kita cintai itu.

Mereka paksakan kepada kita kemauan dan hawa nafsunya sendiri dan mereka hancurkan sendi-sendi musyawarah dan martabat pribadi manusia. Mereka paksakan kepada kita ta’at kepada penguasa- penguasa negara yang anti Tuhan.

Seorang yang kita sudah sama-sama akui sebagai Kepala Negara sendiri yang sudah bersumpah dengan nama Allah akan menjaga keselamatan dasar-dasar bernegara kita bersama tidak segan-segan dan secara kasar telah melanggar dasar hidup bernegara itu. Sebegitu lama kita menjunjung-junjung dan membesarkannya sebagai pemimpin dan sebagai Penguasa Tertinggi. Sebegitu lama kita terpukau, terpesona oleh kepintarannya berbicara.

Beginilah gerangan yang dimaksudkan oleh peringatan Allah dalam Al Quranul Karim.

Allahu Akbar!

Sandara-saudaraku Muslimin dan Muslimat,

Setelahnya kita melihat hal demikian itu, berulang kali kita mengajaknya dengan da’wah baik dengan musyawarah serta hikmah kebijaksanaan yakni agar ia meninggalkan kesesatan dan kembali kepada kebenaran. Agar sesuai kembali sikap dan perbuatannya dengan dasar-dasar yang telah ditentukan bersama, kembali kepada kebenaran dan keadilan agar terselamat juga negara dan rakyat dari malapetaka.

Dan kalau demikian kita bersedia pula meneruskan wajib ta’at kepadanya sebagai Kepala Negara.

Saudara-saudara mengetahui dan mengalami apa jawabnya. Jauh dari mendengarkan da’wah itu ditindasnya tiap-tiap orang yang berani menegur, dihujaninya kita dengan bom dan peluru. Dikerahkannya segala kekuatan tentaranya dari darat, laut dan udara, untuk menutup suara dan panggilan kepada kebenaran. Dia bersama- sama pula dengan mereka sekitarnya yang walaupun tidak setuju, kehilangan keberanian untuk menyanggah kemauannya.

Dengan demikian disempurnakannyalah pelanggaran janji dan sumpahnya disempurnakannya fasad kezaliman yang telah ditebarkannya selama ini.

Dengan kezaliman yang ia lakukan dan perkosaan sumpah serta ikrarnya untuk melindungi dasar-dasar bernegara itu, terurai terlepaslah ikatan antara dia sebagai Kepala Negara dan kita rakyat penghuni negeri ini.

Saudara-saudaraku Ummat Muhammad,

Islam menentukan batas-batas yang tegas tentang syarat-syarat wajib ta’at kepada seorang Ulil Amri seorang Penguasa tertinggi.

Semua syarat-syarat bagi keta’atan yang harus diberikan kepadanya telah gugur, digugurkannya dengan cara perkosa. Maka terbebaslah kita dari wajib ta’at kepada Penguasa yang fasid itu. Yang tinggal adalah wajib sanggah. Wajib sanggah, wajib melawan terhadap penguasa yang menjadi sumber kemungkaran dan fasad, yang menjerumuskan Ummat kepada Jahannam.

“Putuskan hubunganmu dengan golongan-golongan demikian itu semuanya.”

Begitu ketentuan tegas dari junjungan kita, Muhammad SAW.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Dia beserta kawan-kawan dan alat-alatnya bukan bangsa asing “Kulit mereka serupa dengan kulit kita”. Mereka berbicara dengan bahasa kita sebagaimana diperingatkan dalam hadist yang saya ulangkan pada permulaan tadi. Tapi yang disemburkannya adalah Api. Api, yang membawa maut atas sebangsanya sendiri.

Saudara-saudara,

Jangan terpedaya oleh persamaan warna kulit dan persamaan bahasa. Ini bukan peperangan antara saudara dengan saudara. Ini perjuangan antara hak dengan bathil.

Bagi kita, ummat Islam, soalnya sudah terang dan nyata. Terang dan nyata pula apa yang harus kita perbuat.

Mari kita sama dudukkan niat kita berjihad mengharapkan keridhaan Ilahi semata-mata.

Mari kita bangkit bersama-sama berjuang dalam barisan jama’ah dan Imamah. Dan andaikata tidak ada Imamah dan jama’ah, jangan kita jadikan itu sebagai alasan dan helah untuk berpangku tangan dan berkeluh kesah. Perjuangan tidak akan berhenti dengan jatuhnya satu atau dua kota ke dalam kezaliman musuh.

Tidak akan urung, andaikata tidak ada jama’ah dan Imamah. Bangkitlah berjuang sebagai pribadi!

Bangkit berjuang:

“Walaupun engkau akan terpaksa memamah urat-urat kayu,… dan engkau tetap berteguh dalam keadaan yang demikian itu.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!

Saudara-saudaraku Ummat Muhammad laki-laki dan wanita, tua dan muda!

Bagi kita soal ini bukan lagi soal politik, soal ketatanegaraan dalam arti yang biasa. Bagi kita soalnya soal berdiri dan matinya aqidah, soal berdiri dan jatuhnya dasar hidup bagi kita dan anak-anak keturunan kita.

Bagi kita soal ini soal melindungi diri dan anak keturunan kita yang kita cintai dari kezaliman kekuasaan dari penjajahan mereka oleh yang anti Tuhan.

Janganlah seorangpun di antara kita memangku tangan ibarat yang berdiri di pinggir jalan melihat barisan mujahidin lalu. Ingatlah akan peringatan tegas dari junjungan kita Muhammad SAW.

Berjuanglah kamu memanggil kepada yang benar, berjuanglah kamu menolak kemungkaran. Kalau tidak niscaya Allah akan memberikan kekuasaan kepada sejahat-jahat manusia di antara kamu.

“Dan kamu dalam keadaan demikian, bila ada di antara orang yang baik di antara kamu hanya berdo’a saja tanpa berbuat, Tuhan tidak akan menjawab do’anya itu.”

Saudara-saudara Ummat Muhammad!

Akan bagaimanakah nanti nasib anak kemenakan kita, keturunan kita yang kita sedang besarkan itu kelak sebagai akibat dari sikap kita mengelakkan diri dari berjihad menolak bencana kaum dajjal itu?

Allahu Akbar!

Wahai saudara-saudaraku yang masih ragu-ragu!

Lemparkan keragu-raguan itu jika masih ada. Jangan berdiri di pinggir jalan. Nanti saudara akan merasakan azab sebelum apa-apa. Azab rasa kuatir, azab rasa takut. Kuatir akan begini, takut akan begitu. Kuatir akan terlanda oleh persimpangsiuran lalu-lintas perjuangan.

Perhatikan peringatan tegas dari Allah SWT dalam Al Quranul Karim:

“Apabila kamu tidak bergerak maju, la akan azab kamu dengan azab yang pedih dan ia akan gantikan kamu dengan satu kaum yang lain dari kamu sedangkan diwaktu itu kamu tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Dan Allah berkuasa terhadap segala sesuatu.”

Jangan berdiri di pinggir jalan!

Masukkan diri pribadi ke dalam golongan mujahidin yang sedang menuju bergerak berjalan itu. Satu dan lainnya, menurut kemampuan kita masing-masing.

Nanti saudara akan terlepas dari siksaan hatin dan siksaan lahir

Saudara-saudaraku yang sedang ber-Idul Fitri dini hari!

Insyafilah benar-benar bahwa kalaulah kita semua ini dapat berkumpul dan beribadah merayakan idul fitri ini, maka itu dimungkinkan oleh karena dan anak-kemenakan kita yang menyabung nyawa, menjadikan badan mereka sendiri selaku pagaran menahan agar api dan peluru musuh jangan sampai ke tempat kita ini.

Ingatlah akan mereka itu!

Mari kita do’akan mudah-mudahan Allah SWT menerima arwah mereka sebagai syuhada, Amien. Jangan putus hubungan batin dan hubungan amal kita dengan mereka yang sedang langsung menghadapi musuh. Lengkapkan apa yang diperlukan oleh mereka.

Mari kita tua-muda, laki-laki dan wanita sama-sama lengkapkan segala apa yang dapat kita perlengkapkan untuk perjuangan menghadapi musuh kita dan musuh Allah yang kita ketahui dan tidak kita ketahui.

Allahu Akbar!

Saudara-saudara se-Agama dan se-Iman!

Jangan sekali-kali terumbang-ambing oleh kabar kemenangan dan berita kekalahan selama perjuangan berjalan itu.

Sadarlah benar-benar bahwa apabila kita menderita pedih dan luka mereka pun tidak kurang menderita pedih dan luka itu.

Saudara-saudara se-Agama dan se-Iman.

Bersikap dan berbuatlah sebagai mu’min.

Sebagai mu’min yang apabila mereka mendengar orang berkata bahwa “musuh sudah mengepungnya dan takutilah musuh itu” lalu dihadapinya dengan hati teguh dan keimanan yang tak goyang malah imannya bertambah tebal lalu ia berkata:

“Cukuplah Allah tempat kami bersandar dan berlindung.”

Allahu Akbar.

Saudara-saudaraku, Sejihad seperjuangan.

Mari kita insyafi benar-benar bahwa perjuangan kita ini adalah perjuangan menegakkan kalimah Allah yang sedang terancam. Yakinlah kita kan janji Allah:

“Apabila kamu benar menolong (agama) Allah, pasti ia akan menolong.”

“Maka cukuplah bagi engkau pertolongan Allah.”

“Dialah yang akan memperkokoh kekuatanmu dengan pertolongan langsung dari padanya dan dengan bantuan orang-orang yang beriman.”

“Dan sekali Allah memberi pertolongan kepadamu, tak ada satupun yang dapat mengalahkanmu.”

Dengan tekad dan harapan baik yang demikian itu kita meneruskan perjuangan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!

Kepada seluruh ummat Muhammad dan ummat yang ber Tuhan umumnya kepada seluruh pencinta keadilan, pencinta kebenaran, pencinta nilai-nilai hidup pribadi manusia di seluruh tanah air dan dimanapun mereka berada, kita berseru:

Apa yang kami perjuangkan ini dengan berkorban harta dan menyabung nyawa bukanlah perjuangan lantaran haus kepada benda dan kekuasaan.

Perjuangan kami bukan perjuangan kami sendiri. Hasil kesudahan dari perjuangan ini pasti akan dirasakan oleh tuan-tuan semua juga.

Kepada mereka juga kita berseru:

“Jangan berdiri di pinggir jalan sambil menonton. Nanti tuan akan terlanda dan tergilas juga.”

Kami sedang menulis riwayat dengan keringat dan darah kami. Riwayat gemilang, puncak perjuangan bagi tiap-tiap ummat yang menegakkan hak, menolak yang bathil.

Allahu Akbar Walillahil Hamd

Maha Besar Allah

Baginya segala puji dan syukur.

Maka pada Idul Fitri ini, kumandangkanlah yang dikaruniai Ilahi, untuk mempersembahkan hidup kita ini kepada keridhaanNya dalam perjuangan antara hak dan bathil ini untuk menegakkan kemuliaan dan kemegahan kalimah Allah.

“Berdirilah teguh selama hidupmu menegakkan pendirianmu dalam perjuangan sesungguhnya hayat itu hanya berfaedah bila diisi dengan “aqidah pendirian yang kokoh dan jihad perjuangan.”

Allahu Akbar

Rabbana, wahai Tuhan kami,

Telah kami dengarkan tuntutanMu telah kami bulatkan niat untuk menjalankan sunnah RasulMu sedang kami amalkan perintahMu berjihad pada jalanMu.

Kami insyaf akan apa arti dan nilainya perbuatan kami ini pada sisiMu dan betapa artinya bagi martabat ummat manusia.

Maka, Rabbana, wahai Tuhan kami!

Kurniailah kami kesempatan untuk berjihad pada jalanMu dan menangkanlah kami terhadap kaum yang mengancam agama dan keimanan hamba-hambaMu ini.

Maka, Rabbana wahai Tuhan kami

Berilah kami kekuatan hati dan teguhkan sikap pendirian kami dan tolonglah kami menghadapi kaum yang kafir itu.

Kalaulah Engkau biarkan kami sendiri menghadapi persoalan ini siapakah gerangan yang Engkau lebih ridhai untuk menundukkan yang mungkar dan bathil di negeri kami ini?

Rabbana, Wahai Tuhan Kami,

Kurniailah kami kesempatan untuk berjihad pada jalanMu dan menangkanlah kami terhadap kaum yang mengancam agama dan keimanan hamba-hambaMu ini.

Rabbana, wahai Tuhan kami,

Kalaulah kami, hamba-hambaMu ini, pada satu saat yang menurut ajal yang telah Engkau tetapkan dan takkan bisa bergeser sedikitpun, akan juga meninggalkan dunia yang fana ini, maka izinkanlah wahai Tuhan kami, meninggalkan dunia ini dengan cara yang tertinggi nilainya yakni sebagai syuhada pada jalanMu jua adanya.

Rabbana Wahai Tuhan kami,

Kalau tidak kepadaMu kepada siapakah kami lagi memohonkan bantuan dan perlindungan.

Cukuplah Engkau Wahai Tuhan kami, sebaik-baik tempat berlindung dan tempat menyerahkan nasib kami. Kami beriman kepadaMu, Ya Tuhan kami, kami berpegang kepada keridhaanMu. Kami pulangkan segala hal kepadaMu.

Rabbana, Wahai Tuhan kami.

Masukkanlah kami ke dalam hidayahMu sebaik-baik masuk, kemudian keluarkanlah kami mengharungi lautan perjuangan hidup, dengan sebaik-baik keluar.

“Dan berilah kami kekuatan, langsung daripadaMu.”

Kekuatan yang akan membawa kami kepada kemenangan!

Amien!

Dengarkan dan terimalah do’a, teriakan jiwa hamba-hambaMu ini.

Amien, ya mujibud da’waat!

20 April 1958

Leave a comment